5 Metode Kontrasepsi yang Menghambat Terjadinya Ovulasi

5 Metode Kontrasepsi yang Menghambat Terjadinya Ovulasi

5 Metode Kontrasepsi yang Menghambat Terjadinya Ovulasi

Sumber : Envato.com

Metode kontrasepsi memiliki peran penting dalam perencanaan keluarga dan kesehatan reproduksi. Mums pasti mengetahui ada banyak jenis alat kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan. Beberapa metode kontrasepsi yang bekerja menghambat ovulasi.

Namun, tidak semua wanita mengetahui apa saja jenis kontrasepsi yang termasuk dalam penghambat ovulasi. Alhasil, sering kali terjadi kesalahan penggunaan KB yang berujung pada efek samping yang tidak diinginkan.

Metode Kontrasepsi yang Menghambat Ovulasi 

Metode Kontrasepsi yang Menghambat Ovulasi

Sumber : Envato.com

Ovulasi merupakan proses saat sel ovum atau sel telur yang telah matang keluar dari indung telur atau ovarium menuju ke tuba falopi untuk dilakukan pembuahan oleh sel sperma. Periode ovulasi bisa dilihat dari siklus menstruasi.

Secara normal, siklus menstruasi pada wanita berkisar antara 25 sampai 30 hari dengan waktu rata-rata 28 hari. Biasanya, periode ovulasi atau masa subur wanita berlangsung pada hari ke-14 dalam hitungan siklus haid[1].

Masing-masing jenis kontrasepsi tentu memiliki cara kerjanya sendiri. Dari banyaknya pilihan yang tersedia, berikut beberapa metode kontrasepsi yang menghambat ovulasi yang perlu Mums ketahui. 

  1. Pil KB kombinasi

Pil KB kombinasi merupakan metode kontrasepsi yang bekerja dengan menghambat ovulasi yang mengandung kombinasi antara estrogen dan hormon progestin[2]. Agar dapat bekerja dengan optimal, Mums harus mengonsumsi pil secara rutin setiap hari.

Hormon yang terkandung dalam pil selanjutnya akan mencegah lepasnya ovum atau sel telur dari ovarium. Tak hanya itu, pil KB kombinasi juga dapat mengubah konsistensi lendir yang berada pada serviks dan dinding rahim sehingga sel sperma tidak dapat mencapai sel telur.

Tak hanya membantu mencegah kehamilan, metode kontrasepsi ini juga membantu menurunkan risiko perdarahan berat saat menstruasi, kanker ovarium, berbagai gejala PMS dan PMDD, dan sindrom ovarium polikistik atau PCOS.

Akan tetapi, pil KB kombinasi tidak memberikan perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual. Selain itu, metode kontrasepsi ini tidak dapat dikonsumsi oleh wanita dengan penyakit jantung, kanker payudara, gangguan organ hati, migrain, kanker rahim, dan hipertensi[3].

Pil KB kombinasi 21/7 dan 24/4 adalah dua jenis pil kontrasepsi modern yang menjadi rekomendasi. Memiliki kandungan drospirenon, pil KB kombinasi 21/7 dapat mencegah berat badan bertambah karena bersifat anti-mineralokortikoid dan membantu mengatasi jerawat ringan hingga sedang berkat sifat anti-androgeniknya.  

Sementara itu, pil KB kombinasi 24/4 mengandung drospirenon yang bekerja aktif dalam mengatasi gejala Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), seperti mual, perut kram dan kembung, nyeri payudara, depresi, gangguan tidur, lesu, dan perubahan mood. Dengan pil KB kombinasi, Mums dapat Ber-KB Bebas Jerawat dan Berat Badan Tetap Stabil.

  1. Pil KB progestin

Selanjutnya, pil KB progestin dengan kandungan progestin, sejenis hormon progesteron sintetik dengan fungsi yang serupa seperti progesteron alami. Memiliki sebutan lain pil mini, metode ini dapat mencegah kehamilan dengan membuat konsistensi lendir serviks menjadi lebih kental[2].

Dengan begitu, sel sperma akan sulit mencapai sel telur. Namun, aturan pakainya cukup ketat sehingga Mums perlu memperhatikan dengan teliti. Mums harus mengonsumsi pil ini setiap hari pada jam yang sama. Apabila Mums baru mengonsumsi pil tiga jam lebih lama dari waktu seharusnya, efektivitas dari pil ini dapat menurun.

  1. KB suntik

Tak berbeda dengan pil mini, KB suntik juga memiliki kandungan hormon progestin dan menjadi metode kontrasepsi yang bekerja menghambat ovulasi lainnya yang dapat dipertimbangkan. Dilihat dari rentang waktu pemakaian, jenis KB ini terbagi menjadi dua, yaitu KB suntik 1 bulan dan 3 bulan[3].

Keunggulan metode kontrasepsi ini adalah memiliki tingkat kegagalan yang kurang dari 1% dalam mencegah kehamilan apabila digunakan dengan tepat. Namun, harganya cukup tinggi dan Mums perlu secara rutin pergi ke dokter atau bidan untuk mengulang suntik.

Selain itu, beberapa efek samping lainnya termasuk membuat siklus haid menjadi tidak teratur, keluar flek atau bercak darah, dan tidak dianjurkan untuk digunakan pada wanita dengan kondisi stroke, sirosis hati, diabetes, dan migrain.

  1. Kondom[2]

Kondom menjadi metode kontrasepsi jangka pendek yang bisa dipakai kapan saja. Selain itu, pemakaiannya pun sangat mudah. Tidak hanya membantu mencegah terjadinya kehamilan, kondom juga menjadi alat kontrasepsi yang memberikan perlindungan ekstra terhadap penularan penyakit menular seksual.

Alat ini terbuat dari bahan lateks dan dipakai oleh pria. Namun, perlu Mums perhatikan bahwa kondom adalah alat kontrasepsi sekali pakai. Selain itu, kondom juga dapat terlepas, bergeser posisinya, bahkan hingga tersangkut pada vagina ketika sedang melakukan hubungan seksual.

Tak hanya itu, lateks yang menjadi bahan pembuat kondom juga memicu munculnya reaksi alergi bagi sebagian orang yang menggunakannya. Apabila Mums adalah salah satunya yang berisiko mengalami alergi, sebaiknya pertimbangkan untuk menggunakan metode kontrasepsi lainnya.

  1. Metode Amenore Laktasi (MAL) [5]

Tahukah Mums jika memberikan ASI secara eksklusif pada sang buah hati juga memberi manfaat untuk mencegah terjadinya kehamilan bagi ibu yang sedang menyusui?

Hal ini disebabkan proses menyusui dapat membuat menstruasi dan ovulasi pada ibu yang baru saja melahirkan menjadi terhambat. Metode kontrasepsi jangka pendek ini juga populer dengan sebutan metode amenore laktasi.

Meski demikian, Mums yang ingin mencoba metode ini sebaiknya memberikan ASI pada sang buah hati secara eksklusif selama kurang lebih 6 bulan. Selain itu, jeda untuk memberikan ASI juga sebaiknya tidak lebih dari 6 jam saat malam hari dan 4 jam pada siang hari.

Apabila Mums telah kembali mendapatkan menstruasi, ini berarti sel telur telah berhasil lepas dari ovarium, yang menandakan bahwa Mums dapat hamil kembali kapan saja Mums melakukan hubungan intim. Dengan begitu, Mums mungkin perlu mempertimbangkan metode kontrasepsi yang lain.

Demikian tadi beberapa metode kontrasepsi yang bekerja menghambat ovulasi yang dapat menjadi pilihan. Apabila Mums merasa ragu, tidak ada salahnya untuk bertanya langsung pada dokter sehingga bisa mendapatkan pilihan terbaik sesuai kebutuhan dan kondisi kesehatan. Semoga bermanfaat!

 

Bagikan

Referensi:

  1. Seputar Ovulasi dan Hal-Hal yang Perlu Diketahui [Internet]. Dapat diakses di https://www.alodokter.com/yang-perlu-diketahui-tentang-ovulasi. Terakhir diakses Januari 2024.

  2. 9 Jenis Alat Kontrasepsi (KB) dan Plus-Minusnya [Internet]. Dapat diakses di https://hellosehat.com/seks/kontrasepsi/alat-kontrasepsi/. Terakhir diakses Januari 2024.

  3. Kenali Jenis dan Cara Memilih Alat Kontrasepsi yang Tepat [Internet]. Dapat diakses di https://www.alodokter.com/memilih-alat-kontrasepsi. Terakhir diakses Januari 2024.

  4. Contraception and Birth Control [Internet]. Dapat diakses di https://www.nichd.nih.gov/health/topics/factsheets/contraception. Terakhir diakses Januari 2024.

  5. Kenali 3 Metode KB Alami untuk Cegah Kehamilan [Internet]. Dapat diakses di https://www.alodokter.com/cegah-kehamilan-dengan-kb-alami. Terakhir diakses Februari 2024.

PP-YSM-ID-0377-1